
Setelah solat jum'at tadi, seperti biasa gua membuat sedikit kebegoan. Begini begini. Setelah selesai solat, seperti biasa gua berdoa dan memohon permintaan-permintaan kepada Allah SWT. Setelah itu, gua cabut ke rumah. Harusnya, gua nyamperin bokap gua dulu! Karna beliau yang megang kunci rumah. Tapi karna kaga enak takut ganggu beliau berdoa, cabut aja dah gua! Nah, disinilah akibat kebegoan itu terjadi. Eh pas di jalan mau ke rumah ujan! Wah udeh. Lari lah gue karna gue termasuk manusia yang takut kena aer! Wakwakak! Dan karna ujan itulah, bokap gua makin lama balik dari mesjid. Hiks hiks. Gua duduk aje melongo sendirian depan pintu! Damn!
Nah, saat melongo itulah, gua seperti biasa berfikir dan merenung. Wah, tidak disangka-sangka, gua menemukan sebuah filosofi hidup dari sebuah ujan. Apa itu filosofinya?
Mari kita ibaratkan kita sedang melakukan perjalanan dari titik X ke titik Y (dengan berjalan kaki, karna gua termasuk orang kaga modal). Di tengah-tengah perjalanan kita "dihadirkan" sebuah hujan! Breeegg! Ujan gede! Saat itu juga kita langsung berteduh. Nah, saat itu kita punya beberapa pilihan. Antara lain:
+ Menunggu ujan reda, mungkin karna tak membawa payung, kita tak bisa berbuat apa-apa atau bahkan malas berbuat apa-apa sehingga menunggu "aman" saja
+ menggunakan payung, karna sudah berjaga-jaga, kita bisa tetap melanjutkan perjalanan dengan menggunakan benda ini
+ Nekat ujan-ujanan, karna tak memiliki persiapan, dan kita ingin cepat sampai tujuan, kita nekat menerjang ujan yang mungkin sebernya cukup gede.
Balik lagi, apa filosofinya? Ini dia. Saat perjalanan kita terhenti karna ujan, ujan itu gua ibaratin musibah, masalah, atau penghambat lain saat kita memperjuangkan sesuatu, seperti hak, cita-cita, mimpi, dan lain-lain. Nah, pilihan-pilihan itu gua ibaratkan sebagai tindakan kita dalam meyikapi musibah dan penghambat lainnya. Jika kita males menghadapi masalah itu, kita diam aja. Sambil menunggu masalah itu lewat. Bukan sebuah pilihan yang salah, mungkin ujan (penghambat) itu gede, sampai-sampai kita tak bisa melewatinya, jadi tunggu aja. Tapi inget, bisa aja ujan (penghambat) itu beberapa waktu kemudian akan makin gede lho! Jadi makin susah dan lama menuju tujuan. Nah, jika kita menggunakan payung karna sudah bersiap-siap, kita akan menghadapi ujan (penghambat) dengan lumayan mudah. Dan itu tergantung besar payung (persiapan) kita. Kalo payung kecil ya masih nyiprat-nyiprat dikit berarti masalah (pengambat) kita masih ada dikit-dikit lah. Kemudian cara yang ekstrim adalah menerjang ujan (penghambat). Tidak salah juga. Sekalipun akan basah kuyup, kita akan sampai pada tujuan dengan lebih cepat. Tapi hati-hati, jalanan sedang licin dan saat kita menerjang lebih besar resiko tergelincirnya. Saat mengejar cita atau mimpi pun begitu. Saat menerjang masalah atau penghambat lainnya, kita akan babak belur sendiri dan mungkin orang orang sekitar akan tercuri perhatiannya padamu, bahkan menghina atau menertawakanmu. Tapi jika berhasil itu akan mempercepat kita meraih cita mimpi dan apapun yang kita perjuangkan dari awal.
Jadi, mari pilih tindakan apa yang akan kita lakukan untuk memperjuangkan sesuatu yang pantas kita perjuangkan. Dan jangan lupa, kita harus menentukan dulu apa yang pantas kita perjuangkan! Jangan bela-belain basah kuyup taunya ga penting dan menyesal dikemudian hari. Harus tau dan jelas apa yang akan kita perjuangkan dan raih. Dan jangan lupa masih ada solusi lain untuk mensiasati "sang hujan". Seperti ojeg payung, nebeng di orang sebelah yang bawa payung, minta jemput pacar, yang memiliki arti-arti tersendiri dalam FILOSOFI HUJAN yang silahkan kalian pelajari masing-masing artinya.
Sejak pemikiran iini muncul, gua mulai tidak benci dengan ujan. Tapi tetep aja males kalo ada ujan karna gua takut aer!
Ternyata harus bijak
Berfikir saat berpijak dan terjebak
Kemana dan bagaimana untuk beranjak?
Ooh hujan,
kau telah memberi pelajaran
Makna sebuah kehidupan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar