Bidak Membentak

Aku lah si bidak catur
Hidup hanya untuk hancur
Dikorbankan saat mereka bertempur

Sungguh kasihan
Di keramaian seperti di pengasingan
Hati sepi penuh guncangan



Satu atap selama 19 tahun
Aku pun jenuh lambat laun
Sayang jeritan hanya terdengar nada mengalun

Ku hanya butuh solusi
Bukan diam penuh emosi
Tapi percuma walau sudah diskusi

Sajak ini lahir ketika gua merasa amat ingin protes terhadap isi rumah. Bisa juga dibilang buntut dari entri Kehilangan Seorang Sosok lah. Sajak ini pun gua tulis gede-gede di sebuah kertas karton putih dan gua pampang di tembok kamar gua. Bagaikan spanduk protes saat demonstrasi mahasiswa di depan gedung DPR memprotes sesuatu. Rasanya saat membuat dan menempelnya, bagaikan seorang bidak yang sedang membentak sembari meja digebrak! Legaaaa. Tapi sayang setelah 2 hari gua ga pulang ke rumah, sajak itu hilang. Sepertinya gua tau siapa yang mencopot dan membuangnya. Sepertinya beliau yang merasa gua "protes" itu menyadari dan membuangnya. Biarkanlah. Yang penting sajak itu tetap hidup di blog ini dan di ingatan gua!