Basa Basi

Hell ooooo! Selamat datang di blog si Musafir Cinta. Siapa Musafir Cinta? Orang yang sedang menikmati kehidupan, yang sudah dan akan terus mengarungi berbagai tempat, berbagai hati, berbagai keadaan, dan berbagai tantangan hidup lainnya. Ya, Musafir Cinta adalah orang yang selalu datang dan pergi dari satu tempat ke tempat lain, dari satu hati ke hati lain, dari dunia satu ke dunia yang lain.

Blog ini akan berisi karya-karya, pemikiran-pemikiran, serta pengalaman-pengalaman hidup Musafir Cinta yang tidak menarik! Dan ini nantinya akan dijadikan referensi untuk script film-film Musafir Cinta. Karena dia bercita-cita menjadi SUTRADARA! Yang baca aminin ya.
Selamat menikmati blog si Musafir Cinta!

Kamis, 06 Oktober 2011

Hujan Deras


Yah, deras. Sangat deras. Sampai sampi dalam perjalanan gua harus berteduh. Berteduh sambil mengeluh. Apa yang gua maksud dengan hujan deras bukanlah air yang jatuh dari langit dengan volume yang besar, melainkan musibah yang begitu banyak menimpa diri. Seperti yang pernah gua tulis di Entri Filosofi Hujan . Ini benar-benar sedang terjadi dan menimpa gua.

Sang Idola, sekaligus Sang Jenderal Keluarga telah gugur di pertempu-rannya melawan penyakit. Yah, Bapak. Bapakku telah meninggal dunia diusia 57 tahun akibat darah tinggi. Kejadian yang tak terduga sama sekali. Karna di akhir pertemuan gua dengan beliau, beliau masih segar bugar dan tak ada keluhan apa pun. Bom waktu yang sewaktu-waktu yang bisa meledak yang seperti dikatakan beliau itu benar-benar terjadi. Pembuluh darah pecah di bagian otak telah membuat beliau berisirahat selamanya di desa kelahirannya Babakan, Kabupaten Cirebon.


Ini adalah benar-benar foto terakhir gua dengan beliau.


Foto ini diambil sebelum gua berangkat ke kampus baru, ISI Jogja. Kampus yang tadinya gua harapkan sebagai gerbong baru menuju cita-cita gua yaitu Sutradara! Tadinya? Yah, sekarang itu hanya menjadi harapan karna gua harus kembali pindah kampus LAGI! Mengapa? Karna Sang Istri Jenderal Keluarga harus kembali masuk Rumah Sakit Jiwa akibat tak mampu menerima kenyataan suaminya telah meninggal. Gua dan kaka tak mampu menanganinya walau baru seminggu kambuh. Padahal Sang Jenderah bisa mampu sabar menghadapi kegilaan istrinya itu sampai puluhan tahun. Huuaahh! Gua memang masih jauh dari sama dengan idola gua.


 
 Ditinggal Sang Idola, menghadapi ibu yang tak waras, dan harus meninggalkan kampus yang sudah gua harapkan, serta terkatung-katung harus kuliah di mana dan kapan adalah hujan deras yang kini sedang gua hadapi. Sayang tak ada tempat untuk berteduh. Dulu tempat gua berteduh adalah Bapak. Beliau benar-benar paling mengerti gua. Tapi sayang gua ga sempat membalasnya sekali pun! Aaaaahh! Padahal dengan menjadi sutradara terbaik, itu adalah kado yang gua persiapkan. Piala Citra untuknya dan sebuah sajak Idolaku, Bapa sudah gua persiapkan dari lama. Inilah naskah asli yang masih berupa coretan.


Tetapi gua selalu ingat, di balik sesuatu pasti ada sesuatu. Di balik rahasia pasti ada rahasia. Ini sudah menjadi perjalanan hidup gua yang Allah takdirkan buat gua. Gua akan cari dan tunggu apa sesuatu itu dan apa rahasia itu. So, gua tetep harus berjalan. Dan sekarang setidaknya ada hikmah yang bisa gua temukan. Sebuah pandangan hidup.


"Kehidupan adalah yang lalu, sekarang, dan yang akan datang"
Yang lalu untuk dikenang dan dijadikan pelajaran, yang sekarang dihadapi dan dikerjakan, serta yang akan datang dipersiapkan dan difikirkan. Ketiganya tak bisa dipisahkan dan dipenggal-penggal. Karna semua itu adalah suatu kesatuan, yaitu Kehidupan......

Dan disaat hujan deras ini. Gua lebih memilih berteduh. Berteduh pada diri sendiri dan Sang Pencipta. Kenapa tidak pada teman, saudara, atau bahkan orang lain? Bagi gua mereka hanya sebagai orang di seberang jalan yang sama-sama sedang berteduh atau bahkan sama-sama berteduh disamping gua. Kita bisa saling bercerita namun hanya sebatas berbagi cerita tak sebagai peneduh.


Semuanya akan lunak
Yang busuk akan terasa nikmat dan enak
Ku percaya walau iitu masih kelak

Dan inilah perjalanan hidup
Jangan kau hadapi dengan gugup
Ku yakin kita sanggup

Tidak ada komentar:

Posting Komentar