Basa Basi

Hell ooooo! Selamat datang di blog si Musafir Cinta. Siapa Musafir Cinta? Orang yang sedang menikmati kehidupan, yang sudah dan akan terus mengarungi berbagai tempat, berbagai hati, berbagai keadaan, dan berbagai tantangan hidup lainnya. Ya, Musafir Cinta adalah orang yang selalu datang dan pergi dari satu tempat ke tempat lain, dari satu hati ke hati lain, dari dunia satu ke dunia yang lain.

Blog ini akan berisi karya-karya, pemikiran-pemikiran, serta pengalaman-pengalaman hidup Musafir Cinta yang tidak menarik! Dan ini nantinya akan dijadikan referensi untuk script film-film Musafir Cinta. Karena dia bercita-cita menjadi SUTRADARA! Yang baca aminin ya.
Selamat menikmati blog si Musafir Cinta!

Selasa, 02 Agustus 2011

Kehilangan Seorang Sosok

Ya, ahirnya gua menulis tentang ini. Tentang beliau yang seharusnya memberi gua kasih sayang dan mengasuh gua. Tapi sayang, "fungsi" nya itu tak berjalan dengan baik. Kenapa?! Kata penuh emosi dan bingung itu yang selalu terlontar saat gua sedang menghadapi beliau yang sedang kumat, termasuk saat menulis entri ini. Kumat? Ya, beliau Memiliki gangguan jiwa, Tiap melihat beliau sedang kumat, perasaan bercampur aduk! Terkadang gua kasian, terkadang gua kesel, terkadang gua ingin melindunginya, terkadang gua ingin lari darinya, terkadang gua merasa kasian pada diri sendiri, dan lain lain. Gua pun harus "beralih fungsi" sebagai pengasuh dan orang yang memberinya nasehat serta pengarahan. Yang sebenarnya itu adalah tugas dan fungsi beliau pada gua! Aaarrgghh! Gua kehilangan sosok itu. Sosok yang mengasuh dan menyayagi gua! Dan gua ga tau harus mencarinya dimana.

19 tahun gua harus hidup bersamanya. Bersama orang yang sakit jiwa. Mungkin jika gua manusia lemah, gua udah sakit jiwa juga! Atau memang sebenarnya gua juga sudah sakit jiwa? Entahlah.



Obatnya hanyalah uang. Ya, uang gelondongan yang bisa beliau mainkan dengan tangannya yang mulai keriput. Saldo di buku tabungan baginya bukan uang. Lalu apa yang terjadi jika tak ada uang? Beliau memiliki 3 ekstrim.
Terkadang  selalu tertawa terbahak tanpa ada materi lucu yang jelas. Saat-saat seperti ini orang seisi rumah harus ikut menjadi tak waras karna harus ikut tertawa terbahak agar tawanya makin terbahak dan membuatnya ceria.
Terkadang selalu menangis tanpa tidak jelas apa yang beliau tangisi. Saat-saat seperti ini orang seisi rumah harus menjadi orangtua nya yang mengasuhnya dengan baik. Karna saat seperti ini beliau sangat rapuh dan bagaikan anak kecil.
Terkadang berubah menjadi seperti preman yang sangat bringas dan berbahaya. Beliau tak mengenal mana musuh dan kawannya. Kakinya pun berubah menjadi berbahaya dan tendangannya sangat keras bagaikan striker haus gol.

Gua rinduuuu!
Gua rindu saat-saat beliau memanggil gua dengan penuh manja dan bangga.
Gua rindu saat-saat beliau menjalankan "fungsi" nya seperti mereka yang sejenis dengan beliau.
Gua rindu saat-saat indah bersamanya!

Karna apa? Karna sebenarnya saat beliau tidak sedang kumat, beliau adalah sosok yang sangat menyayangi gua. Sosok yang sangat anggun dan peng-indah rumah. Yah, karna penyakit tak jelas apa namanya itu yang telah mengubahnya. Dan mengubah seluruh isi rumah termasuk gua!

Terkadang bahkan mungkin selalu saat keluar rumah adalah hal terindah yang belum tergantikan bagi gua. Sejengkal pun itu sudah membuat gua lega. Gua sangat senang saat gua bisa tertawa lepas atau membuat mereka tertawa lepas. Karna tertawa dan membuat orang tertawa sangat membuat hati gua senang. Mungkin karna hal itu yang jarang gua temukan di rumah. Sayang terkadang luar rumah tak bisa memberi gua sosok yang hilang itu dan tawa lepas yang gua harapkan. Bahkan terkadang membuat gua terjebak dalam situasi "sudah jatuh tertimpa tangga". Mengapa? Mungkin entri Kapan Matinya sih Lu Wi? bisa menjawabnya.

Tapi itu semua telah membuat gua menjadi manusia yang tak begitu lemah. Yang dikit-dikit menye-menye mengeluh dan meneteskan air mata. Lumayan. Ya, mungkin itu salah satu atau malah mungkin satu-satu nya hikmah yang bisa gua ambil dari gangguan jiwa yang beliau alami.

Lekas sembuhlah hei kau yang ku panggil ibu.

Kini kembali tak sadar
Tindakan tak berakal dan tak berakar
Terkadang parah dan berubah sangar

Terkadang ingin ku berlari
Tapi kanan kiri membuat hati iri
Ku merasa kebahagiaan ini sudah dikebiri

Ayolah sembuh
Ku butuh penyayang dan pengasuh
Tempat ku mengadu dan mengeluh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar